PT Equityworld Futures Semarang – Harga Minyak Bergerak Range usai Inventory AS Meningkat; Data CPI Ditunggu
PT Equityworld Futures Semarang – Harga minyak bergerak tipis di perdagangan Asia pada hari Kamis (11/01) setelah data resmi memperlihatkan peningkatan mingguan yang tak terduga dalam cadangan AS, sementara traders juga masih khawatir sebelum pengumuman data kunci inflasi AS.
Harga minyak ditutup turun pada hari Rabu, menghapus penguatan awal setelah rilis data inventaris Energy Information Administration (EIA), yang kontras dengan ekspektasi pasar dan data industri sebelumnya yang isyaratkan turunnya stok mingguan AS.
Stok bensin dan distilat alami kenaikan besar-besaran selama dua minggu berturut-turut menjadi titik pertentangan utama bagi bulls minyak, dengan peningkatan yang mengindikasikan pelemahan lebih lanjut dalam permintaan bahan bakar AS. Hal ini diperburuk oleh badai musim dingin yang parah di sebagian besar wilayah negara tersebut, yang semakin mengganggu perjalanan darat di negara konsumen bahan bakar terbesar di dunia ini.
Kekhawatiran atas permintaan bahan bakar AS terkait dengan khawatir bahwa konsumsi minyak global akan melambat pada tahun 2024 yang, ditambah dengan pasar yang dipasok dengan baik, menjadi pertanda buruk bagi harga minyak.
Minyak Brent untuk penyerahan Maret naik 0,1% menjadi $76,92 per barel, sementara minyak WTI turun 0,1% ke $71,36 per barel pukul 08.08 WIB.
Keduanya telah mengalami pergerakan harga yang sebagian besar volatil sepanjang tahun 2024, lantaran pasar menimbang potensi disrupsi pasokan Timur Tengah terhadap kekhawatiran memburuknya permintaan. Tekanan dari rebound dolar juga membatasi penguatan besar minyak.
Harga minyak Brent dan WTI mengalami turun lebih dari 10% pada tahun 2023.
Cadangan AS secara tak terduga naik, stok produk alami peningkatan besar-besaran
Data EIA mengungkap persediaan minyak AS tumbuh 1,3 juta barel dalam sepekan hingga 5 Januari, mengalahkan estimasi untuk penurunan 0,7 juta barel dan setelah melihat pengurangan sebanyak 5,5 juta barel pada minggu terakhir tahun 2023.
Meskipun kenaikannya minimal, pasar minyak mendapat sinyal negatif dari naiknya cadangan produk minyak dalam dua minggu berturut-turut. Stok bensin naik sekitar 8 juta barel setelah melonjak 10,9 juta barel pada minggu sebelumnya, sementara stok distilat naik 6,5 juta barel, menyusul peningkatan 10,1 juta barel. Kedua peningkatan tersebut juga dengan mudah mengalahkan estimasi.
Peningkatan tajam dalam cadangan produk menimbulkan kekhawatiran atas permintaan bahan bakar di negara ini, yang telah melemah dalam beberapa bulan terakhir akibat berkurangnya jumlah perjalanan selama musim dingin.
Namun, perlambatan ini juga menambah kekhawatiran bahwa permintaan minyak global akan melemah pada tahun 2024, di tengah tekanan dari suku bunga yang tinggi dan inflasi yang berpotensi tinggi.
Inflasi CPI AS ditunggu di tengah keraguan atas turunnya suku bunga lebih awal
Pasar saat ini berfokus data consumer price index AS yang akan datang, yang akan hadir hari ini, untuk mendapat lebih banyak petunjuk mengenai arah suku bunga.
Angkanya diperkirakan akan naik sedikit untuk inflasi utama, sementara CPI inti diperkirakan akan menurun lebih lanjut.
Namun apakah angka tersebut akan menghasilkan penurunan suku bunga lebih awal dari the Fed masihlah belum jelas, terutama mengingat inflasi masih akan tetap berada di atas target tahunan bank sentral sebesar 2%. Gagasan ini membuat traders mulai mempertanyakan apakah penurunan suku bunga akan terjadi secepatnya pada Maret 2024.
Bank sentral masih diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga pada 2024 - sebuah skenario yang menjadi pertanda baik bagi permintaan dan harga minyak.
Komentar
Posting Komentar